Filosofi
pendidikan Ki Hajar Dewantara ialah bahwa Pendidikan
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dari filosofi tersebut kita harus
pahami bahwa sebagai orang tua ataupun guru memiliki tugas yang sama, kita
hanya dapat menuntun anak ke arah perubahan karakter yang baik kepada mereka,
sebagai orang tua kita tidak bisa memaksakan cita-cita sesuai kehendak kita
karena zaman kita dahulu dengan zaman mereka sekarang pastilah berbeda, biarkan
mereka memilih cita-cita mereka sesuai dengan keinginan mereka kita hanya bisa
mengarahkan kea rah yang baik bagi mereka. Lalu sebagai guru kita tidak bisa
memaksakan nilai yang sempurna untuk anak-anak murid kita karena ada tiga tipe
belajar anak yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan pembelajaran. Diantaranya adalah
tipe visual, auditori, dan kinestetik. Masing-masing tipe mempunyai keunggulan
juga kelemahan. Maka dari itu sebagai guru harus dapat memetakan kebutuhan
belajar bagi para murid kita.
Pembelajaran
yang berpihak pada murid merupakan nilai dan peran para guru untuk
mampu mengembangkan kompetensinya agar para murid mencapai tujuan pembelajaran,
mampu membuat para murid merasa merdeka belajar di kelas ataupun di sekolah sehingga
akhrnya terwujud pembetukan karakter baik menuju profil pelajar pancasila.
Untuk para guru ternyata pembelajaran yang baik itu tidak
cukup dan kita harus mengubah menjadi pembelajaran berdiferensiasi yang baik. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian
keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi
kepada kebutuhan murid
Seperti yang sudah diketahui bahwa untuk pembelajaran
baik para murid akan melakukan aktivitas atau membuat sesuatu dengan menggunakan keterampilan
penting dan informasi penting, murid melakukan aktivitas atau membuat
sesuatu untuk memahami ide/ prinsip penting
atau menjawab pertanyaan penting, sedangkan pembelajaran berdiferensiasi
yang baik murid melakukan aktivitas atau membuat sesuatu dalam berbagai moda dan
pada berbagai tingkat kerumitan, serta dalam berbagai rentang waktu, dengan
jumlah dukungan dari guru atau teman sebaya yang bervariasi(scaffolding), murid
melakukan aktivitas atau membuat sesuatu menggunakan keterampilan penting dan
informasi penting, murid melakukan aktivitas atau membuat sesuatu untuk
memahami ide/ prinsip penting atau menjawab pertanyaan penting.
Untuk menciptakan pembelajaran
berdiferensiasi yang baik di kelas juga dibutuhkan kecerdasan sosial dan
emosional baik untuk para guru ataupun untuk para murid. Pembelajaran sosial dan
emosional harus di isi di sela-sela rancangan pembelajaran yang
sudah kita buat. Pembelajaran sosial dan emosional untuk para murid mengandung
pengertian bahwa pembelajaran yang berisi keterampilan yang dibutuhkan murid
untuk dapat bertahan dalam masalah, sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya
juga untuk mengajarkan mereka menjadi manusia yang baik.
Andriansyah, S,Pd.
0 comments:
Post a Comment